Migrasi ke Digital STB Terbatas, Pemirsa TV Diramal Anjlok Kalah Bersaing dengan Youtube

Jakarta, MEDIASOSIALITA.COM,- Pengamat media Edi Winarto memprediksi jumlah pemirsa televisi akan turun cukup signifikan menyusul kebijakan pemerintah menghentikan siaran TV analog dan bermigrasi ke televisi digital. Pasalnya, masyarakat jadi enggan menonton televisi karena harus dibebani untuk membeli peralatan set top boks yang dinilai memberatkan.

“Penyiaran di era teknologi digital bukan monopoli televisi, namun media sosial Youtube dan Tik Tok justru sedang bertumbuh sangat pesat dan besar sekali, berdasarkan data terakhir jumlah penonton Youtube dan Tik Tok sudah hampir 70 persen dari rakyat Indonesia,” papar Edi Winarto dalam keterangannya di Jakarta.

Mayoritas masyarakat di Indonesia saat ini lebih menyukai akses menyaksikan hiburan dan informasi dari platform media sosial video seperti Youtube, Tik Tok, Facebook video. “Karena informasi yang disiarkan di media sosial jauh lebih cepat dibandingkan televisi konvensional, selain itu pola siaran yang dihadirkan media sosial lebih memiliki magnitude dengan pemirsa, yakni kedekatan,” katanya.

Misalnya, orang menyukai video klip atau konser lagu tertentu maka media sosial Youtube dan Tik tok akan menyesuaikan diri dengan selera pemirsa dengan memunculkan video yang disukai penonton.

“Beda dengan siaran televisi umum, acaranya tidak kreatif dan inovatif, pemirsa hanya dipaksa menonton siaran yang itu-itu saja, monoton, tiap hari kita hanya diberikan acara berita, diskusi bagi siaran televisi berita dan sinetron bagi televisi umum,” kata mantan praktisi televisi ini.

Siaran yang menarik bagi pemirsa televisi mayoritas hanya siaran olah raga, terutama sepak bola. “Yang lainnya seperti sinetron hanya pada pemirsa segmen tertentu,” katanya.

Beda dengan media sosial Youtube dan Tiktok, video yang disajikan beragam dan sangat berwarna sesuai permintaan dan selera dari penonton. “Ini akan menjadi ancaman tersendiri bagi dunia industri penyiaran yang sedang terancam akan mulai ditinggalkan pemirsanya,” kata Edi Winarto.

Apalagi kini ditambah dengan kebijakan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika resmi menghentikan siaran TV analog pada Rabu, 2 November 2022, pukul 24.00 WIB. Migrasi TV analog menuju TV digital diberlakukan sejak kemarin.

Edi Winarto memprediksi jumlah penonton akan sangat anjlok. Sebagian penonton lebih banyak mengakses informasi melalui media sosial di HP mereka yang lebih mobile bisa dibawa kemana saja.

“Jumlah pemirsa televisi kami prediksi akan turun anjlok karena publik lebih memilih menyediakan waktunya untuk menonton Tik Tok, Youtube, Chatting WA dan berbagai kegiatan digital yang sekarang sedang mewabah di negeri ini dengan adanya sarana HP dengan harga murah dan terjangkau,” pungkas Edi Winarto yang kini bergerak di bidang bisnis content creative ini.

Pemerintah Hentikan Analog Tapi Hanya Bagikan STB Terbatas Picu Penonton Turun Drastis

Sebagaimana diketahui Analog switch off (ASO) berlaku di 222 titik, termasuk Jabodetabek, dan penerapannya akan diperluas secara bertahap. Adapun seluruhnya, ada 514 titik yang ditargetkan bakal melaksanakan ASO.

“Ini merupakan amanat dari UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang di dalamnya disebutkan migrasi televisi terestrial diselesaikan paling lambat 2 November 2022 atau beberapa menit yang lalu,” ujar Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD melalui siaran YouTube Kominfo, Kamis, 3 November 2022.

Siaran TV analog mengudara selama 60 tahun terakhir. Namun dalam penerapan migrasi siaran televisi atau ASO ini, pemerintah tidak mampu mendistribusikan set top box alias STB untuk rumah tangga secara nasional. STB hanya untuk warga miskin dan terbatas hanya disalurkan sejumlah 1.055.360 unit.

Sedangkan untuk wilayah Jabodetabek, penyalurannya sudah mencapai 98 persen atau sebanyak 473.308 unit dari target 479.307 unit. Kominfo mencatat, sebanyak 60.791 rumah tangga miskin tidak memenuhi kriteria atau gagal serah.

Kominfo Akan Suntik Mati Lagi di Daerah Lain Penonton Kian Menyusut

Kominfo menyebutkan bahwa suntik mati TV analog tidak lagi ada jadwal pasti seperti tiga tahapan, di mana terungkap daftar wilayah siaran yang dimatikan. Sebab, skema penghentiannya menggunakan cara multiple ASO.

Sebagai informasi, Multiple ASO adalah penerapan penghentian siaran TV analog yang dilakukan secara terus-menerus sampai batas akhir migrasi penyiaran pada 2 November 2022.

Saat diberlakukan siaran TV digital di suatu wilayah, kini akan mengacu pada tiga hal utama. Pertama di wilayah tersebut terdapat siaran TV analog yang akan dihentikan siarannya.

Kedua,telah beroperasi siaran TV digital pada cakupan siaran TV analog sebagai penggantinya. Ketiga, sudah dilakukan pembagian bantuan set top box gratis TV digital bagi rumah tangga miskin di wilayah tersebut.

Warga Pasrah Tidak Bisa Menonton Televisi

Migrasi siaran TV analog ke digital telah berlaku permanen mulai hari ini. Sejumlah warga mengaku memilih untuk pasrah dengan penghentian siaran televisi analog. Warga pasrah dan tidak berbuat banyak untuk mencari set top box dan sebagainya karena selama ini lebih sering menonton di HP daripada di TV.

Rara Yati, salah satu warga Bintaro Tangerang Selatan mengaku belum berniat membeli set top boks (STB). Kondisi ekonomi yang sedang sulit seperti saat ini membuatnya belum punya rencana untuk membeli STB.

“Lebih baik untuk membeli kebutuhan pokok, apalagi tiap hari waktu kami banyak dihabiskan menggunakan HP untuk chatting, WA an, hingga menonton Tiktok, kalau mau nonton TV isinya kebanyakan sinetron, sudah bosen,” ujar Rara Yati seorang pekerja di daerah Jalan Sudirman Jakarta Selatan.

Rara berpikir bahwa kebijakan pemerintah menghentikan siaran analog akan dibarengi dengan memberikan subsidi STB secara gratis kepada masyarakat kelas menengah. Namun ternyata pemberian STB hanya dibatasi untuk warga miskin.

Makanya ia malas untuk membeli STB karena antara kebijakan dengan perwujudannya tak sesuai janji semula bahwa ketika kebijakan migrasi analog ke digital diberlakukan maka pemilik TV jenis lama akan dibagikan STB secara gratis namun ternyata tidak.

“Saya malas membeli STB karena saya membaca berita di masa awal sosialiasi penerapan televisi digital akan dibagikan STB gratis, tapi nyatanya hanya terbatas warga tertentu, ya sudah kapan-kapan saja membelinya kalau ada niat mau nonton televisi paling nanti kalau suami suka bola pasti akan membeli,” katanya.

Warga Kabupaten Blitar Lebih Pilih Nonton Youtube dan Tiktok Ketimbang TV

Hal yang sama juga dialami warga wilayah pesisir Utara Kabupaten Blitar yang sudah tak lagi memiliki akses menonton televisi karena analog dimatikan sementara STB tidak gratis tapi diwajibkan untuk membeli.

Warga pasrah dan tidak berbuat banyak untuk mencari set top box dan sebagainya karena selama ini lebih sering menonton di HP daripada di TV.

Salah seorang warga Dusun Putuk Dawung, Desa Semen, Kecamatan Gandusari Yanti (32) mengaku hanya tahu sekilas soal migrasi siaran TV itu.

Menurutnya, warga sekitar juga hanya mendengar kabar atau informasi dari mulut ke mulut.

“Iya tahu kalau mau diganti ke digital. Ya, pasrah saja. Manut, mau gimana-gimana juga sudah ada perintah dari pusat,” ujarnya sebagaimana dilansir detikcom, Kamis (3/11/2022).

Menurutnya, warga hanya bisa pasrah atas kebijakan pemerintah pusat. Termasuk soal pergantian siaran TV analog ke digital.

Sebabnya hal itu tidak terlalu mempengaruhi warga dalam beraktivitas. Telebih bagi warga yang jarang, bahkan tidak menonton TV.

“Di sini sepertinya jarang yang masih nonton TV. Beberapa juga sudah ada yang pakai TV digital kaya ini, tapi ya buat nonton YouTube saja,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan Fariatul (25), yang mengatakan lebih sering menonton YouTube di HP dibandingkan menonton TV.

Alasannya, karena siaran atau video di YouTube lebih bervariasi. Sedangkan di TV hanya sebatas sinetron dan lain sebagainya.

“Iya kadang masih nonton TV untuk lihat berita. Tapi ya jarang sekali. Lebih sering menonton di HP,” kata Fariatul.

Selain itu, kata dia, warga pesisir lebih banyak yang menggunakan TV dengan parabola.

Sebabnya, siaran TV dengan satelit lebih jernih seperti TV digital. Tapi kelemahan dengan parabola, ada beberapa program yang terkunci atau tidak dapat diakses.

“Sekarang lebih praktis pakai HP, lewat youtube atau lainnya. Di sini kalau ada yang nonton TV biasanya pakai parabola, jadi pergantian itu, ya, tidak masalah,” pungkasnya. (tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *